Presiden dari Software Freedom Conservancy sekaligus Anggota Dewan Direksi dari Free Software Foundation (FSF) Bradley M. Kuhn menjelaskan bahwa tuntutan hak paten Oracle terhadap Google baru-baru ini merupakan sebuah pembelajaran bahwa teknologi Java dan .NET bisa menjadi ancaman yang laten terhadap software bebas.
Dari tuntutan yang diajukan Oracle kepada Google diduga adanya pelanggaran hak paten Java untuk mesin virtual Dalvik yang kepemilikannya telah berpindah tangan dari Sun ke Oracle sebagai konsekuensi dari akuisisi. Bradley M. Kuhn mengingatkan adanya peluang untuk software bebas lainnya menerima tuntutan paten serupa terutama untuk Java dan .NET. Sebagai catatan kecil Kuhn menulis bahwa tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi pada PHP mengingat perusahan Zend yang turut mengembangkan versi PHP terkini dan memiliki hak paten.
Kendati demikian, hal itu bukan berarti bahwa implementasi bebas terhadap software yang rawan tututan tidak diperlukan, namun menurut Kuhn pengembangan software baru sebaiknya memanfaatkan bahasa pemrograman alternatif yang aman seperti C, C++, Python atau Perl.
Sejatinya "Jebakan Java" telah diingatkan oleh pencetus software bebas Richard M. Stallmann sejak dini yaitu 6 tahun lalu dalam artikelnya "Free but Shackled - The Java Trap".
Kuhn kali ini berharap agar semua pengembang menolak bila perusahan tempat ia bekerja meminta agar ideanya dipatenkan, juga bila diancam maupun digoda dengan imbalan materi, karena nantinya hanya akan menguntungkan para manager dan penegakan hukum belaka. Sebagai jalan keluar disarankan untuk mempublikasikannya atau di-open-source-kan agar tidak lagi bisa dipatenkan.
Beberapa negara seperti Selandia Baru telah menyadari bahwa hal itu memiliki dampak negatif terhadap inovasi kemudian menolak software untuk dipatenkan dan tetap menjunjung tinggi HAKI.