Rangkaian kegiatan Indonesia Open Source
Award (IOSA) 2012 telah berakhir, ditandai dengan penyerahan anugrah
kepada 21 finalis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di Hotel
Bidakara Jakarta (4/7).
IOSA 2012 merupakan ajang tahunan yang
memberikan penghargaan kepada instansi pemerintah, baik di tingkat
pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota yang telah memulai pelaksanaan
proses migrasi dan implementasi open source software (OSS) di instansinya masing-masing.
“OSS merupakan solusi bagi kita untuk menurunkan angka pembajakan dan penggunaan software ilegal,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring.
Dewan juri IOSA 2012 terdiri atas beberapa juri dari komunitas dan pemerintah yang telah dikenal masyarakat, diantaranya Onno W. Purbo, Kalamullah Ramli, I Wayan Simri Wicaksana, Rusmanto Maryanto, dan lain-lain.
Pemenang
kategori kompetisi pemerintah pusat, diraih Badan Pengelola Minyak Bumi
dan Gas (BP MIGAS) sebagai juara pertama, Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) juara kedua, dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) sebagai
juara ketiga.
Kemudian
kategori pemerintah provinsi, kabupaten, dan kabupaten, dimenangkan
Pemerintah Kota Pekalongan Jawa Tengah sebagai juara pertama, Pemerintah Kabupaten Banyuasin Provinsi Kalimantan Selatan juara kedua, dan
Pemerintah Kabupaten Batang Jawa Tengah sebagai juara tiga.
Pada
kategori sekolah tingkat atas, SMA IT Ummul Quro Bogor memenangkan juara
pertama, diikuti SMA Muhammadiyah 1 Weleri Jawa Tengah, dan SMKIT Smart
Informatika Surakarta Jawa Tengah sebagai juara tiga.
Sementara untuk kategori mahasiswa, Adityo Baharnoko dari Universitas Negeri Semarang merebut juara pertama, Fauzan Helmi dengan karya Kamus Nusantara juara kedua, dan Andre Pratama dengan karya alat prediksi banjir berbasis mikrokontroler dan website menempati juara tiga.
Berbeda
dengan IOSA 2010 dan 2011 yang hanya memberikan penghargaan kepada
institusi pemerintahan dan pendidikan menengah atas, IOSA 2012 menambah
penghargaan untuk kategori baru kepada tokoh, komunitas dan wartawan,
sehingga ada tujuh jenis penghargaan.
Menurut Ketua panitia IOSA 2012, I Made Wiryana,
kategori baru ini merupakan pihak yang sangat penting di dalam
perkembangan OSS. IOSA 2012 sendiri tidak hanya terfokus pada pencapaian
teknis, tapi yang lebih penting adalah bagaimana cara mencapainya.
“Apakah secara legal atau ilegal, secara cerdik atau tidak cerdik, dan
apakah mandiri atau bergantung,” paparnya.
Di sela penganugerahan
IOSA 2012 juga digelar talkshow bertema Synergy and Opportunity yang
terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama membahas peran Free Open Source Software (FOSS) dalam membuka peluang usaha bagi enerpreneur Indonesia dengan narasumber Betti Alisjahbana, (Ketua Umum Asosiasi Open Source Indonesia) dan Anton Raharja
(Pendiri dan Pengembang VoIP Rakyat). Sedangkan talkshow kedua membahas
peran FOSS dalam pengembangan industri kreatif, dengan narasumber Hizkia Subiyantoro (Founder Blender Indonesia ORG) dan Harry Sufehmi (Konsultan TI bidang OSS, Virtualisasi, HA+HP (high availability + high performance systems)).
IOSA 2012 didukung oleh BISKOM sebagai media partner. Sumber: Biskom.web.id